Tugas Sekolah Forces: Pengembangan Masyarakat


Pengembangan Masyarakat
     Menurut seorang filsuf, tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali perubahan.  Perubahan adalah suatu keniscayaan yang akan dialami semua orang.  Sekarang tergantung masing-masing individu apakah mau berubah menjadi lebih positif atau sebaliknya.  Mahasiswa, sebagai agent of change, sudah seharusnya  membawa perubahan positif kepada masyarakat di mana pun dia berada.  Mereka harus mampu mengaplikasikan ilmu yang telah mereka serap selama masa kuliahnya untuk mencerdaskan masyarakat, mengembangkan masyarakat.
     Masyarakat haruslah dikembangkan kemampuannya, agar berkualitas dan tidak menjadi beban bagi masyarakat lainnya. Pengembangan masyarakat tidaklah seperti mengembangkan roti atau kue dengan baking soda, atau mengembangkan balon dengan meniupnya, namun pengembangan masyarakat adalah dengan pembekalan berbagai kemampuan yang pada akhirnya mampu menjadikan mereka menjadi masyarakat yang mandiri.  Masyarakat mandiri adalah masyarakat yang tidak bergantung kepada pihak lain dalam memenuhi kebutuhan mereka dan mempunyai daya saing kuat.  Tidak mungkin masyarakat yang ideal seperti ini akan terwujud bila sumber daya manusia yang mengolah dan membinanya tidak kompeten dan bermutu rendah. Diperlukan manusia-manusia terpilih yang berkualitas dan berjiwa sosial kuat untuk mengembangkan suatu masyarakat ideal.
     Pengembangan masyarakat menjadi salah satu kajian terhangat dewasa ini di kalangan mahasiswa, sebagai bentuk kepedulian sosial dan pengimplementasian aksi mahasiswa – berguna bagi masyarakat.  Fakta sosial yang menunjukkan jumlah masyarakat miskin yang terus bertambah, disusul tingkat pendidikan yang rendah, semakin menambah beban sosial kaum berpendidikan Indonesia untuk mengubah keadaan ini.  Data Kemenakertrans menunjukkan bahwa selama kurun waktu 2009-2010, Kemenakertrans hanya mampu menurunkan 1,5 persen dari total pengangguran. Memasuki 2011, pengangguran terbuka masih tersisa 9,25 juta jiwa.  Ditargetkan hingga tahun 2014, dapat ditekan jumlah pengangguran hingga 3 persen. Lebih miris lagi, tenaga kerja yang tersedia di Indonesia, 50 persen lebih merupakan lulusan Sekolah Dasar, di mana hal itu tidak sesuai dengan kualifikasi minimal sebuah perusahaan yang mencari tenaga ahli. 
     Mengingat adalah suatu kemustahilan jika kita semua bergerak menyekolahkan para pekerja yang hanya lulusan SD itu, maka jalan yang lebih baik adalah denganmengembangkan suatu usaha padat karya, di mana tidak terlalu diperlukan pendidikan tinggi supaya dapat melakukan suatu pekerjaan. Contohnya adalah industri-industri skala rumah tangga yang memproduksi kerajinan tangan berbahan dasar barang-barang bekas (sampah) yang bisa didaur ulang.  Dewasa ini sudah banyak sekali sentra-sentra kerajinan tangan seperti payung, tempat pensil, tas, bahkan sarung bantal yang dibuat dari barang-barang bekas.  Bidang kuliner pun bisa menjadi garapan para pekerja berpendidikan rendah.  Hanya perlu dibekali keterampilan memasak dan sedikit keterampilan manajemen waktu dan komunikasi dengan pelanggan, sudah cukup untuk membantu mereka memiliki kemampuan supaya dapat hidup mandiri.
     Selain dua hal di atas, masih banyak lagi hal yang bisa kita berikan kepada masyarakat.  Mengingat Indonesia adalah negara agraris, maka sebagai mahasiswa pertanian kita bisa memberikan keterampilan di bidang pertanian, seperti bercocok tanam di sawah atau ladang menggunakan teknologi dan teknik-teknik menanam yang modern.  Atau bisa juga dengan mengenalkan teknologi internet kepada mereka, agar mereka bisa belajar sendiri dan mencari informasi secara lebih mudah.
     Sebagai penutup, banyak sekali hal yang bisa dilakukan mahasiswa sebagai agent of change, agen perubahan, perintis perubahan di masyarakat.  Tidak ada alas an keterbatasan sarana, yang ada hanyalah tekad yang kuat demi Indonesia yang lebih maju dan dapat bersaing di dunia internasional.  Sebuah kebanggaan bagi diri kita masing-masing seandainya jerih payah pengabdian kita dapat menghasilkan masyarakat yang mandiri dan berguna bagi masyarakat lainnya, bahkan untuk negara kita.

Deny Prasetyawan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yayasan Al-Kahfi: Sebuah Testimoni

Journey Beyond the Lands #6: Opname (part 1)