Sebentar Lagi Ayah Pulang
Terik matahari tak menyurutkan langkahku, langkah kami semua di atas aspal hitam ini. Berderap melaju dengan pasti, langkah-langkah yang bersatu. Menuntut satu hal, menuntut keadilan. Keadilan atas tetes keringat kami, keadilan atas waktu kami, keadilan atas kerja kami. Kami hanya menuntut satu hal, menuntut keadilan. —oo— “Ayah, ayah! Adi lapar, Yah! Sudah seharian Adi sabar menunggu Ayah pulang membawa makanan, apakah Ayah membawa martabak manis pesanan Adi?” anakku yang paling bungsu, Adi, menagih janji meminta sekotak martabak manis favoritnya. “Adi sayang, Ayahmu baru saja pulang, biarkan istirahat sejenak yah! Ayo sana mandi sore dulu ya, Nak!” istriku menyelamatkanku dari rengekan Adi. “Tapi janji ya, Yah, setelah Adi mandi, Adi dapat hadiah martabak manis! Yeay!” Adi kegirangan berlari menuju kamar mandi, meninggalkan istriku yang tersenyum melihat keceriaannya, dan aku yang tertunduk, bingung bagaimana memenuhi janjiku pada anakku. “Ayah,sudah dapat martaba