Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

Habiskan makananmu yuk :D

Mau cerita tentang sesuatu.   Semalem abisan pulang dari SC ngurus Oprec Forces, abis itu ke warnet bentar nyari data buat tugas makroekonomi kan (pengangguran di Indonesia bener-bener banyak yah, ladang duit dan pahal sebenernya mah).   Beres dari warnet mampir ke warung kaki lima di bara, mesen menu favorit nasi goreng jamur. Pas lagi nunggu makanan beres, di meja sebelah kiri udah ada 1 porsi makanan yang ga gue tau itu apa, entah mun tahu atau lo mie atau apa pun lah, yang pasti makanan yang enak dan menggoda selera.   Tiba-tiba dari arah mini market di depan warung kaki lima itu dateng cowo, mungkin bisa dibilang metroseksual ya, putih, pake jam tangan yang oke punya, mungkin Bonia atau Swiss Army, yang pasti kinclong dah.   Dia bawa minuman kaleng, mungkin kopi atau susu entahlah.   Dia mulai makan, trus gua nungging nungguin pesenan sambil balesin sms yang masuk nanyain apa bisa ngumpulin form pendaftaran Forces telat #nyebelinnihorangkayakgitu.   Jeng jeng jeen akhirnya d

Maaf, Kak, Belumm Bisa T.T

"Anak Forces ndak boleh ngeluh, ndak boleh kecewa, dan ndak boleh naro alas kaki di sembarang tempat." Begitulah kata-kata sakti yang selalu kakak kumandangkan di setiap pertemuan Forces.  Sederhana, namun dalam maknanya kak.  Saya amat sangat paham makna di balik kata-kata itu, terutama di "jangan" yang ketiga, udah berkali-kali kakak ceritain :P Jujur loh kak, kalo lagi baca tulisan ini jangan ge-er, saya ngefans sama kakak #hoekk muntah darah 3 hari 3 malem (astaghfirullah).  Kakak adalah contoh orang yang sangat inspiratif, yang bisa saya contoh dan teladani secara langsung (walopun kadang2 nyeleneh sih ya).  Gimana cara kakak interaksi, bicara, ngasih wejangan dan lain-lain (inget ga kak waktu asistensi dulu kakak suka cabutan, kelompok kita rasanya jadi kelompok paling bahagia karena kakak jarang masuk wkwk).  Masih inget banget kak pertama kali ketemu, waktu itu kita smsan buat yang pertama kali #ciee dan janjian sama temen-temen buat ketemuan di wing kiri

Di Bawah Sinar Lampu Kopaja

Waktu itu, lupa tepatnya tangal berapa bulan apa, hari apa jam berapa, yang pasti lagi perjalanan ke suatu mall (yang lupa juga nama mall-nya) dalam rangka pengumuman pemenang IPB Green Living Movement.  Kira-kira ada 10 orang lah (Wildan diitung dobel) yang jalan bareng dari kampus ke Jakarta.  Ah iya! Waktu itu hari terakhir UAS TPB, gue inget.  Intinya, jam 4 kita cabut ke Baranangsiang buat naik Agra tujuan Lebak Bulus #terminalkenangan. Kita ga naik sampe beres ke Lebak Bulus, berenti di tengah jalan di mana tuh gatau.  Dari situ kita coba cari angkot yang mau dicarter, tapi ga ada yang mau karena kita terlalu pinter nawar harga. Yowes, akhirnya cari Kopaja aja yang ngelewatin mall itu nantinya.  Setelah beberapa menit, datenglah tuh Kopaja.  Gue naik terakhir, biasalah megang prinsip "Ladies First" :P #terus Masuk ke bis, sempet terkejut sesaat. Kenapa? Karena ternyata keneknya adalah cewek. Ya, cewek. Dari wajahnya gue jadi paham makna "terlihat lebih tua dari

Lihatlah Buku dari Isinya

Don't judge the book by its cover      Pepatah di atas pasti udah sering banget kita denger.  Jangan menilai sebuh buku dari bungkusnya, dari cover -nya saja.  Kalo mau nilai skualitas buku, harus dibaca semua, ditinjau segala aspeknya, baru kita bisa nentuin kualitas buku itu, baik atau buruk.  Begitupun manusia, makhluk yang jauuuh lebih kompleks dari sebuah buku. Kalo sebuah buku cuma membahas sebuah atau beberapa pokok bahasan, diri manusia membahas berribu-ribu bahkan berjuta-juta pokok bahasan, itu untuk satu orang. Bayangkan jumlah manusia yang saat ini saja sudah menyentuh angka 8 milyar, wow! Mesti diresensi berapa lama ya?      Awalnya sempet ga percaya sama pepatah itu, sempet berpikir bahwa untuk ngeliat orang secara utuh ndak perlu dipelajari dan diselami terlalu dalam, dari luarnya pun bisa kita nilai langsung.  Kalo dia berandalan, ugal-ugalan, ga teratur, beuh udah pasti ga bener orangnya, harus dijauhi, berbahaya. Tapi sebaliknya, kalo tampangnya rapi, intelek,

Dilarang Menyesal dan Mengeluh, Apalagi Kecewa!

     Kita mesti telanjang, dan benar-benar bersih. Suci lahir dan di dalam batin.      Adalah sebuah kewajaran jika kapasitas seseorang dinilai dari apa yang telah dikerjakannya, apa yang orang lain lihat ada pada dirinya. Ndak mungkin seorang ahli gizi disuruh menangani pengerjaan jembatan yang menghubungkan pulau Jawa dan Kalimantan, ngaco namanya.  Atau seorang lulusan institut kesenian disuruh mengajar para mahasiswa jurusan hukum, ya ndak nyambung lah.      Kapasitas seseorang, ditentukan dari apa-apa yang telah dia kerjakan, apa-apa yang telah dia raih, dia capai, dia buktikan kepada dunia.  Omongan, janji, idealisme belaka, tanpa semua itu direalisasikan dengan aksi, bernilai sama dengan nol, seperti hukum Newton I yang mengatakan bahwa jumlah F = 0 #ganyambung.      Tengoklah ke dalam, sebelum bicara. Singkirkan debu yang masih melekat, hoo ho singkirkan debu yang masih melekat.      Ndak cuma presiden aja yang dipilih berdasarkan kinerja, ga cuma mereka yang menduduki j