Dilarang Menyesal dan Mengeluh, Apalagi Kecewa!
Kita mesti telanjang, dan benar-benar bersih. Suci lahir dan di dalam batin.
Adalah sebuah kewajaran jika kapasitas seseorang dinilai dari apa yang telah dikerjakannya, apa yang orang lain lihat ada pada dirinya. Ndak mungkin seorang ahli gizi disuruh menangani pengerjaan jembatan yang menghubungkan pulau Jawa dan Kalimantan, ngaco namanya. Atau seorang lulusan institut kesenian disuruh mengajar para mahasiswa jurusan hukum, ya ndak nyambung lah.
Kapasitas seseorang, ditentukan dari apa-apa yang telah dia kerjakan, apa-apa yang telah dia raih, dia capai, dia buktikan kepada dunia. Omongan, janji, idealisme belaka, tanpa semua itu direalisasikan dengan aksi, bernilai sama dengan nol, seperti hukum Newton I yang mengatakan bahwa jumlah F = 0 #ganyambung.
Tengoklah ke dalam, sebelum bicara. Singkirkan debu yang masih melekat, hoo ho singkirkan debu yang masih melekat.
Ndak cuma presiden aja yang dipilih berdasarkan kinerja, ga cuma mereka yang menduduki jabatan atas yang mesti diperiksa bibit, bebet, dan bobotnya. Orang-orang bawahan pun perlu diperiksa kelayakannya agar apa yang menjadi tujuan dari suatu hal, tercapai dan maksimal keluarannya. Kadang ada beberapa pihak yang merasa dia mampu, besar kepala dan sombong, namun pada kenyataannya mereka hanyalah idealis tanpa mampu membuktikan bahwa omongannya berisi, berbobot, berbukti, ndak kosong. Orang-orang seperti ini hanya bisa mengutarakan ide-ide tanpa mau bergerak, atau hanya memandang orang lain sebagai pelaksana saja, ide saya yang benar kalian hanya perlu laksanakan, kata dia. Ndak bener itu ndak bener.
Sekalinya mereka dikasih kepercayaan, tanggung jawab, mereka malah keteteran dan ndak bisa melakukan tanggung jawabnya dengan benar, dan yaa selalu mencari aman dan ingin terbebas dari tanggung jawab menanggung akibat dari kesoktahuan yang dia gembar-gemborkan. Memang orang seperti ini menyebalkan namun harus kita akui keeksisannya di dunia ini. Wow.
Oke nyamuk di bengkel ARL sudah terlalu banyak.
Orang-orang seperti yang disebutkan di atas harusnya nyadar diri, kapasitas mereka belum cukup untuk mampu mendapat kepercayaan dari atasan, dari suatu proyek yang jauuh melebihi kemampuan mereka untuk ikut berkecimpung. Lebih baik mereka berlatih, berlatih membuktikan kata-kata mereka yang besar, menjadi suatu aksi nyata, bukan cuma omongan belaka. Kalo mereka sudah buat aksi nyata, sudah diakui kapasitasnya, baru mereka boleh mimpi jauh lebih besar lagi. Bukannya mereka kini mengeluh dan menyesal, menyalahkan keadaan mengapa bukan mereka yang terpilih. Apalagi kalo sampai mereka kecewa karena keadaan itu, memalukan!!
Adalah sebuah kewajaran jika kapasitas seseorang dinilai dari apa yang telah dikerjakannya, apa yang orang lain lihat ada pada dirinya. Ndak mungkin seorang ahli gizi disuruh menangani pengerjaan jembatan yang menghubungkan pulau Jawa dan Kalimantan, ngaco namanya. Atau seorang lulusan institut kesenian disuruh mengajar para mahasiswa jurusan hukum, ya ndak nyambung lah.
Kapasitas seseorang, ditentukan dari apa-apa yang telah dia kerjakan, apa-apa yang telah dia raih, dia capai, dia buktikan kepada dunia. Omongan, janji, idealisme belaka, tanpa semua itu direalisasikan dengan aksi, bernilai sama dengan nol, seperti hukum Newton I yang mengatakan bahwa jumlah F = 0 #ganyambung.
Tengoklah ke dalam, sebelum bicara. Singkirkan debu yang masih melekat, hoo ho singkirkan debu yang masih melekat.
Ndak cuma presiden aja yang dipilih berdasarkan kinerja, ga cuma mereka yang menduduki jabatan atas yang mesti diperiksa bibit, bebet, dan bobotnya. Orang-orang bawahan pun perlu diperiksa kelayakannya agar apa yang menjadi tujuan dari suatu hal, tercapai dan maksimal keluarannya. Kadang ada beberapa pihak yang merasa dia mampu, besar kepala dan sombong, namun pada kenyataannya mereka hanyalah idealis tanpa mampu membuktikan bahwa omongannya berisi, berbobot, berbukti, ndak kosong. Orang-orang seperti ini hanya bisa mengutarakan ide-ide tanpa mau bergerak, atau hanya memandang orang lain sebagai pelaksana saja, ide saya yang benar kalian hanya perlu laksanakan, kata dia. Ndak bener itu ndak bener.
Sekalinya mereka dikasih kepercayaan, tanggung jawab, mereka malah keteteran dan ndak bisa melakukan tanggung jawabnya dengan benar, dan yaa selalu mencari aman dan ingin terbebas dari tanggung jawab menanggung akibat dari kesoktahuan yang dia gembar-gemborkan. Memang orang seperti ini menyebalkan namun harus kita akui keeksisannya di dunia ini. Wow.
Oke nyamuk di bengkel ARL sudah terlalu banyak.
Orang-orang seperti yang disebutkan di atas harusnya nyadar diri, kapasitas mereka belum cukup untuk mampu mendapat kepercayaan dari atasan, dari suatu proyek yang jauuh melebihi kemampuan mereka untuk ikut berkecimpung. Lebih baik mereka berlatih, berlatih membuktikan kata-kata mereka yang besar, menjadi suatu aksi nyata, bukan cuma omongan belaka. Kalo mereka sudah buat aksi nyata, sudah diakui kapasitasnya, baru mereka boleh mimpi jauh lebih besar lagi. Bukannya mereka kini mengeluh dan menyesal, menyalahkan keadaan mengapa bukan mereka yang terpilih. Apalagi kalo sampai mereka kecewa karena keadaan itu, memalukan!!
Komentar
Posting Komentar