Cincona, Apa Tujuan Hidupmu?
Berang-berang adalah hewan yang terkenal ulet. Pohon-pohon dipotong dengan menggunakan giginya untuk membendung sungai dan membuat rumahnya di tengah aliran sungai yang terbendung itu.
Alkisah, di tepian sebuah danau
yang dikelilingi oleh hutan pinus, hiduplah seekor berang-berang bernama
Cincona. Ia hidup sebatang kara semenjak
kedua orangtuanya tewas diterkam seekor beruang grizzly. Cinchona ketika itu masih berusia tiga bulan,
usia remaja bagi seekor berang-berang.
Semenjak peristiwa tragis itu,
Cincona tidak pernah meninggalkan “benteng” sarangnya. Sebagaimana keluarga berang-berang lainnya,
keluarga Cincona juga membangun benteng dari patahan-patahan batang pinus,
gelondongan pohon willow, dan beberapa ranting pohon ek. Sesekali saat dirinya masih kecil, Cincona
ikut membantu Pak Matuseh, demikian nama ayahnya. Mereka berdua mencari cabang pohon mapel yang
masih berdaun, untuk digunakan menambal bagian bendungan benteng yang bocor.
Pak Matuseh selalu mengajarkan etos
kerja yang berdedikasi tinggi. Meskipun
usia Cincona masih tergolong anak-anak, Pak Matuseh selalu mengajak Cincona
berburu ikan salmon untuk makan malam keluarga.
Pak Matuseh juga selalu mengajarkan pentingnya kejujuran, selain kerja
keras dan dedikasi pada keluarga.
Dua hari sebelum Bapak dan Ibu
Matuseh diterkam oleh grizzly, Pak Matuseh sempat mengajak Cincona ke sebuah
pulau gosong pasir yang terletak agak ke tengah danau. Di sana, mereka berdua duduk menatap ufuk
cakrawala yang mulai memerah disapu senja.
“nak, dalam hidup ini engkau harus
memiliki tujuan, sehingga apa pun yang engkau kerjakan tidak akan pernah
disesali,” demikian Pak Matuseh mengawali percakapan.
Sementara itu, Cincona sedikit
gelisah dan mulai mencakar-cakar pasir di dekat tangannya.
“Aku tidak mengerti, Ayah,” sahut
Cincona lirih sambil tertunduk malu.
“Tentu hal ini akan sulit kau
mengerti, Nak. Ayah akan memberimu
perumpamaan. Jika engkau melihat
segerombolan ikan salmon yang sangat banyak dan mereka terjebak di sebuah jeram
dangkal, apa yang akan engkau lakukan?”
“Aku akan menangkapnya sebanyak
mungkin, Ayah!” seru Cincona. Wajahnya
sekilas tampak berbinar membayangkan tumpukan salmon hasil tangkapannya.
“Lalu, apa rencanamu selanjutnya,
Nak?” Tanya Pak Matuseh lebih lanjut.
“Aku akan membawanya pulang, lalu
kita akan makan bersama sekeluarga, Ayah.”
“Sebanyak itu, Nak?”
“Mungkin akan kuberikan sebagian
pada Paman Chilli Willy dan Bibi Dorothy Boo, Ayah.”
“Masih banyak salmon yang tersisa,
Nak. Karena pasti kau akan menangkap
mereka semampumu.”
Cinchona tidak menjawab, ia hanya
terdiam, bingung.
“Itulah perbedaannya antara engkau
bekerja dengan tujuan dan bekerja tanpa tujuan yang jelas. Jika engkau memiliki tujuan yang terukur,
engkau akan menjadi pribadi yang tidak serakah, penuh perhatian kepada sesama,
dan mampu membatasi diri. Sementara jika
engkau tidak dapat mengukur tujuanmu sendiri, engkau akan menjadi tamak, takut
akan kehilangan rezeki, dan tidak peduli kepada sesama. Engkau akan berkembang menjadi pribadi yang hanya
bisa memanfaatkan kerabat dan teman-temanmu sebagai tempat sampah yang kau
perlukan unuk ‘membuang’ hasil keserakahanmu,” sambung Pak Matuseh.
Setelah hari beranjak gelap, kedua
berang-berang itu berenang perlahan menuju benteng mereka.
Setelah satu tahun peristiwa tragis
itu terjadi, kata-kata Pak Matuseh tersebut selalu ternginang-ngiang di telinga
Cincona. Dua belas purnama sudah ia
mengurung diri dan tidak lagi membalas sapa hangat dari Paman Chilli Willy dan
Bibi Dorothy Boo. Kedua kerabatnya itu
kerap mengiriminya ikan salmon ataupun trout hasil tangkapan mereka. Terkadang Cincona memakannya atau ia hanya
membiarkannya saja membusuk, lalu hanyut bersama aliran Sungai Hudson.
Pada setiap senja yang cerah dan
cakrawala disaputi semburat merah, Cincona terisak sambil berujar lirih, “Ayah,
bisakah kau memberitahuku? Apakah tujuan hidupku kini?”
Hikmah: JIKA memiliki tujuan, hidup akan jauh lebih berarti, setiap langkah akan selalu berorientasi, dan setiap perbuatan pastilah merupakan bentuk dari dedikasi. Memiliki tujuan berarti memiliki visi, ketetapan hati, dan keikhlasan untuk memahami serta memaknai diri sendiri.
Dikutip dari CLINK, Pelajaran dari Hewan
Komentar
Posting Komentar