Mongki Baba yang Cerdik



Gajah adalah hewan darat terbesar dan terberat. Belalainya digunakan untuk minum, memasukkan makanan ke dalam mulutnya, dan kadang digunakan untuk mengangkut barang-barang bawaan yang diperintahkan oleh pawangnya.




Alkisah, Abah adalah gajah yang sangat menggemari dongeng.  Ia menandatangani kontrak kerja sama dengan Mongki Baba, seekor monyet pendongeng professional.  Dongeng-dongeng yang mengalir dari mulut Mongki sudah terkenal ke seantero negeri karena sangat cerdas, sarat makna, dan mengandung berjuta hikmah.  Cara Mongki menyampaikannya pun sangat menarik hati.  Jika yang sedang diceritakannya tokoh jagoan, elok sekali penggambarannya rupanya.  Sebaliknya, jika tokoh jahat yang dipaparkannya, seluruh pendengar seolah bisa merasakan kebengisannya.  Singkat kata, sungguh hebat sekali si Mongki ini. 
Sementara itu, Abah adalah pemimpin kelompok gajah yang sangat berwibawa.  Perawakannya yang kekar, tinggi, dan besar semakin membuat dirinya disegani oleh segenap warga hutan.  Meskipun kuat dan berkuasa, Abah adalah sosok gajah lugu yang jujur dan sederhana.  Apa yang dikatakannya, itulah yang dikerjakannya.
Sesuai dengan isi kontrak kerja sama, Mongki Baba setiap harinya selama satu bulan penuh harus menceritakan sebuah kisah yang sarat hikmah, sekaligus menjadi hiburan yang menyenangkan dan menenangkan.  Sementara itu, Abah berkewajiban untuk membayar Mongki Baba sebanyak dua sisir pisang ambon setiap harinya.
Pada suatu hari seusai mendongeng, Mongki Baba mendapat empat sisir pisang ambon yang ranum dan besar-besar, berbesar hatilah ia.  “Memang rezeki itu tidak akan lari ke mana,” pikirnya.
Keesokan harinya, Mongki berangkat ke kediaman Abah dengan hati yang berbunga-bunga.  Terbayang sudah di pelupuk matanya tumpukan empat sisir pisang ambon yang kuning meranum.  Namun, apa hendak dikata, ketika Mongki usai bercerita, Abah hanya memberinya satu sisir pisang ambon saja, itu pun masih hijau semua.  Tak alang kepalang kecewanya Mongki Baba.  Pupus dan sirna sudah harapannya akan mengulangi pesta makan pisang seperti malam sebelumnya.
Dengan lunglai ia berkata. “Maaf Abah, tampaknya jatah pisangku hari ini tidak sesuai dengan jumlah yang kita sepakatai.”
Abah tersenyum, lalu balik bertanya, “Mengapa ketika kemarin kau kuberi jatah pisang dua kali lipat dari jatah yang seharusnya, kau diam saja?”
Di luar dugaan, Mongki Baba bukannya merasa malu tetapi justru tertawa terbahak-bahak.  Abah menjadi bingung.  “Bisakah kau jelaskan apa maksud semua ini, Mongki?” tanyanya.
“Begini Abah, kau adalah seorang pemimpin yang selama ini dikenal bijak dan adil.  Ketika kali pertama kau melakukan kesalahan dengan memberiku pisang melebihi jatah yang seharusnya, aku diam saja.  Aku berharap kau akan menyadari kesalahanmu dan memperbaiki diri.  Ketika kau mengulangi lagi kesalahanmu dengan memberiku pisang tidak sesuai dengan jatahku, kini aku wajib untuk member tahumu.”

Hikmah:  KESERAKAHAN, sebagaimana berbagai sifat buruk lainnya, dapat saja dikemas dan ditampilkan sebagai sebuah ekspresi yang cerdas dan sopan.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yayasan Al-Kahfi: Sebuah Testimoni

Journey Beyond the Lands #6: Opname (part 1)