Rezeki Darimane Aje
Sedekah atau infak, itu menurut gue jadi sebuah 'metode' seorang Muslim 'nyogok' Allah supaya dikasih rezeki lebih. Sedekah jadi sebuah bentuk 'mengikhlaskan' sebagian atau seluruh harta kita untuk keperluan keagamaan atau sosial.
Banyak saat dimana ngerasa ajaib aja, kok bisa ya kejadian begini, kok bisa yah orang itu kepikiran ngehubungin gua dan mau sekedar ngomong atau berbagi ilmu sama gua, dan lain-lainnya. Matematika langit yang ga akan pernah bisa kita tebak dan hitung hasilnya. Itulah, beberapa bentuk "rezeki", ga harus berupa materi, fresh money. Catatan tambahan, misal ada orang yang datang, lalu menawarkan sebuah kesempatan meng-upgrade diri, itu juga rezeki, and it is a mistake if we take it for granted. Jangan hanya berhenti di "oh ini pasti karena gua berbuat baik kemarin, makanya gua ketemu orang hebat ini", tapi その先何かある, apa yang ada setelah itu, yang harus dikejar, apa yang bisa kita dapatkan dan pelajari lebih dari orang /amanah itu. Beuh, lagi bener nih gua.
Di rumah, sejak kecil mama papa ngebiasain sedekah dari kecil. Dulu waktu masih SD setiap solat jumat pasti dibekelin duwit seribu perak buat dimasukin ke kotak amal. Kadang kalo mama lupa ngasih uang, maka gua otomatis ambil uang di dompet mama (tentunya setelah izin dulu). Meskipun emang kadang suka lupa (lupa bawa uang yah, bukan lupa masukin ke kotak amal), tapi kebiasaan untuk ngisi kotak amal alhamdulillah telah tertanam sejak kecil.
Namanya anak kecil yah, asik aja masukin uang ke dalam kotak amal, apalagi uang ortu kan bukan uang sendiri #plak. Tapi seiring tumbuh dan jadi dewasa (cie yang dewasa), tinggal udah misah, jadi otomatis mama ga bisa ngasih uang rutin lagi setiap Jum'at (tapi kalo kadang berangkat soljum dari rumah selalu ditawarin mau uang buat ngisi kotak amal ga, yang biasanya gua tolak, inget, kan udah dewasa #ciacia).
Alhamdulillah, sejak belajar cari uang sendiri, diusahakan juga ga lupa menyisihkan sebagian, karena dulu pengen ngebuktiin kata-kata Ustadz YM tentang keajaiban sedekah. Dan bener aja, semakin banyak yang disedekahkan, rezeki yang menghampiri juga makin banyak, hukum multipliernya beneran berlaku.
Sebelum berangkat ke Jepang, sempat kepikiran akan lebih sulit buat sedekah, karena kan kalo di Indonesia, say isi kotak amal, akan jelas buat dipake bangun mesjid, atau buat kegiatan sosial lainnya, dan dengan mindset bahwa di Indonesia emang ada orang-orang yang membutuhkan uluran bantuan. Nah kalo di Jepang? Mana ada orang yang bisa disedekahkan.................masa sih??
Awal tiba di Jepang, alhamdulilah masih dikasih istiqomah tetap menyisihkan beberapa yen (bukan ambil dari dompet mama #plak), meski masih di dalam hati jadi skeptis dengan multiplier effectnya sedekah, karena.... ya darimana gua dapet rezeki selain dari beasiswa yang tiap bulan jumlahnya tetap?
O o o, i was never right before (eh bener ga yah). Ungkapan, rezeki itu dari mana aja, ternyata benar adanya. Adaaaa aja jalan Allah ngasih rezeki, benar-benar dari arah yang ga diduga-duga, yang ga disangka-sangka. Bener deh.
Tahun pertama, ada kegiatan shuukakusai, atau festival panen (pembahasan menyusul :p) di kampus, dan dari situ alhamdulillah, bisa buat build PC dari scratch. Lalu di tahun berikutnya, dapet kepercayaan part time di restoran, dan kebeli barang lainnya. Begitu seterusnya dan setelahnya, benar-benar dari arah yang ga disangka-sangka.
Tapi, tapi, tapi, yang harus jadi catatan paling penting, jangan sampai mindset kita sempit, dan menganggap balasan "rezeki" itu terbatas material saja. "Materi", itu bisa juga hal yang tak kasat mata, immaterial. Bisa dalam bentuk ilmu baru yang kita dapat, kepercayaan dari orang lain, amanah baru yang didapat, dan sebagainya. Yang paling penting, tetap berprasangka baik kepada Allah, dan jangan berhenti berbuat baik, bersedekah.
Tahun ke-4 di Jepang, alhamdulillah dipercayakan banyak hal, meskipun kadang diri ini ngerasa "no, i'm not deserved and ready yet for this kind of thing, it is just too big for me". But fear not, selama berpegang pada "tidak ada beban yang ditimpakan kecuali sesuai dengan kemampuan kita", yakinkan diri kita, bahwa itulah sebuah "pertanda" atau kesempatan buat gua upgrade dan improve kualitas diri. Belajar, beradaptasi, berpikir cerdsas, those kind of things.
Banyak saat dimana ngerasa ajaib aja, kok bisa ya kejadian begini, kok bisa yah orang itu kepikiran ngehubungin gua dan mau sekedar ngomong atau berbagi ilmu sama gua, dan lain-lainnya. Matematika langit yang ga akan pernah bisa kita tebak dan hitung hasilnya. Itulah, beberapa bentuk "rezeki", ga harus berupa materi, fresh money. Catatan tambahan, misal ada orang yang datang, lalu menawarkan sebuah kesempatan meng-upgrade diri, itu juga rezeki, and it is a mistake if we take it for granted. Jangan hanya berhenti di "oh ini pasti karena gua berbuat baik kemarin, makanya gua ketemu orang hebat ini", tapi その先何かある, apa yang ada setelah itu, yang harus dikejar, apa yang bisa kita dapatkan dan pelajari lebih dari orang /amanah itu. Beuh, lagi bener nih gua.
Jadi, usahakan untuk ga pernah lupa bersedekah; makin banyak nominalnya, makin besar pula multiplier effect yang akan diterima. Trust me, it works.
Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sodaqoh. (HR. Al-Baihaqi)
Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sodaqoh. (HR. Al-Baihaqi)
Karna Allah itu penulis skenario terbaik :)) Dia udah bukain kita jalan untuk ngerantau, berarti itu tandanya kita emang bisa. Tergantung kita nerusin jalannya dan bertahannya gimana. Bener (?)
BalasHapusBetoel sekali kakak cyn. Termasuk kemampuan masak padang dan baso wqwq
Hapus