Bahagia Receh
Apa sih arti kebahagiaan? Kalo ditranslate ke bahasa inggris, jadi happy. Nah uniknya, kalo ditranslate ke bahasa Jepang, jadinya 幸せ(shiawase), sedangkan kalau 辛さ(tsurasa) yang kanjinya agak-agak mirip dengan shiawase (kebahagiaan), artinya adalah bitterness, atau kesulitan, kepayahan. Betapa, orang Jepang paham bahwa kebahagiaan dekat dengan kesulitan/kepayahan, pun sebaliknya (ngartiin seenak udel #plak).
Belakangan, arti kebahagiaan buat sebagian orang sepertinya makin terdistorsi, makin menjadi kabur dan buyar. Kenapa? Mungkin karena begitu mudahnya informasi disampaikan lewat media sosial yang hampir semua orang yang tinggal di kota, atau bahkan di desa-desa (terpencil) pun, bisa mengaksesnya. Orang-orang melihat kehidupan orang lain, yang indah-indah dan yang di-upload saja, dan seakan mencerminkan (parsial) kehidupan orang lain ke kehidupan dirinya sendiri, which is toxic. Contohnya adalah instagram, yang baru-baru ini dinobatkan sebagai media sosial yang paling merusak jiwa remaja.
Well, bagi gua sendiri, setelah tinggal di Jepang selama 4 tahun lebih, sepertinya masih agak kagok buat menerjemahkan kebahagiaan. Sempet denger cerita dari senpai, bahwa doi sedikit nyesel (?) karena 5 tahun lebih waktunya di Jepang dirasa kurang dimanfaatkan semaksimal mungkin (?). Entah gimana si senpai menghabiskan waktunya di sini, tapi gua di saat itu, merefleksikan dan menanyakan diri sendiri pertanyaan itu, "今まで日本の生活、満足したの?(Are you satisfied with your life in Japan up till now?)"
Yappari, mungkin arti "bahagia" buat gua sendiri adalah ketika gua puas dengan cara gua melewati (?) kehidupan. Gua di saat itu, yang udah, well, melancong ke beberapa wilayah di Jepang, ngerasain beberapa jenis kerja part time, ditolak dan gagal ikut seleksi part time, ikut organisasi ini itu, bisa interview artis lewat Radio PPI Dunia; I felt enough and fulfilled, that time. でもね、やっぱり今のところ再び振り替えしたら、やっぱ、まだ足りないなって感じてる、もっとがんばればよりたくさんのことできたのに、よりいい経験味わえたのに。
Beberapa saat belakangan, ga lebih dari 1 tahun lalu mungkin, teknologi WA Keluarga masuk ke keluarga besar, dan gua yang selama ini 'terisolir' karena ketemu keluarga 1 tahun 1x, itu pun belum pasti ketemu, 改めて幸せの「意味」を分かるようになった, I re-learnt the meaning of happiness.
Easily speaking, ada 2 orang sodara dari mama, yang, well, gagal menjalani pernikahan dan bercerai dari pasangannya. Dulu, waktu gua masih kecil dan imut (sekarang juga masih imut tapi udah gede, apanya ya), sering diajak jalan-jalan, entah ke Puncak, Cibodas, kemana aja, naik mobil dan sering dipangku buat "nyetir" mobil. Karena beliau kerja di sebuah perusahaan percetakan gitu, jadi dulu sering banget dapet majalah sisa macem Animonster dan majalah yang bahas anime2 gitu (damn son it is so nostalgic). It was the happiness back then, and also for her.
Tapi sekarang, semenjak negara api menyerang, beliau jadi "gabisa dipahami", dan semua yang udah dibangun bertahun-tahun runtuh begitu aja. Well, long story short, what reshape my view towards happiness was, dia ngajak jalan anaknya dan keponakan yang lain buat ke Ragunan, foto-foto di sana, share ke grup keluarga, and that's it. Buat gua yang 5 tahun hidup sebagai orang Jepang, hidup sendiri, it is like, "eh? lalu?" Tapi lagilagi, yappari, that is enough happiness for them, to get out from everyday life's routine and relax. Ah... mungkin, itu kali yah cara menemukan kebahagiaan.
Keluar dari rutin.
Receh sih. Tapi...
まあ、いやっ。
Belakangan, arti kebahagiaan buat sebagian orang sepertinya makin terdistorsi, makin menjadi kabur dan buyar. Kenapa? Mungkin karena begitu mudahnya informasi disampaikan lewat media sosial yang hampir semua orang yang tinggal di kota, atau bahkan di desa-desa (terpencil) pun, bisa mengaksesnya. Orang-orang melihat kehidupan orang lain, yang indah-indah dan yang di-upload saja, dan seakan mencerminkan (parsial) kehidupan orang lain ke kehidupan dirinya sendiri, which is toxic. Contohnya adalah instagram, yang baru-baru ini dinobatkan sebagai media sosial yang paling merusak jiwa remaja.
Well, bagi gua sendiri, setelah tinggal di Jepang selama 4 tahun lebih, sepertinya masih agak kagok buat menerjemahkan kebahagiaan. Sempet denger cerita dari senpai, bahwa doi sedikit nyesel (?) karena 5 tahun lebih waktunya di Jepang dirasa kurang dimanfaatkan semaksimal mungkin (?). Entah gimana si senpai menghabiskan waktunya di sini, tapi gua di saat itu, merefleksikan dan menanyakan diri sendiri pertanyaan itu, "今まで日本の生活、満足したの?(Are you satisfied with your life in Japan up till now?)"
Yappari, mungkin arti "bahagia" buat gua sendiri adalah ketika gua puas dengan cara gua melewati (?) kehidupan. Gua di saat itu, yang udah, well, melancong ke beberapa wilayah di Jepang, ngerasain beberapa jenis kerja part time, ditolak dan gagal ikut seleksi part time, ikut organisasi ini itu, bisa interview artis lewat Radio PPI Dunia; I felt enough and fulfilled, that time. でもね、やっぱり今のところ再び振り替えしたら、やっぱ、まだ足りないなって感じてる、もっとがんばればよりたくさんのことできたのに、よりいい経験味わえたのに。
Beberapa saat belakangan, ga lebih dari 1 tahun lalu mungkin, teknologi WA Keluarga masuk ke keluarga besar, dan gua yang selama ini 'terisolir' karena ketemu keluarga 1 tahun 1x, itu pun belum pasti ketemu, 改めて幸せの「意味」を分かるようになった, I re-learnt the meaning of happiness.
Easily speaking, ada 2 orang sodara dari mama, yang, well, gagal menjalani pernikahan dan bercerai dari pasangannya. Dulu, waktu gua masih kecil dan imut (sekarang juga masih imut tapi udah gede, apanya ya), sering diajak jalan-jalan, entah ke Puncak, Cibodas, kemana aja, naik mobil dan sering dipangku buat "nyetir" mobil. Karena beliau kerja di sebuah perusahaan percetakan gitu, jadi dulu sering banget dapet majalah sisa macem Animonster dan majalah yang bahas anime2 gitu (damn son it is so nostalgic). It was the happiness back then, and also for her.
Tapi sekarang, semenjak negara api menyerang, beliau jadi "gabisa dipahami", dan semua yang udah dibangun bertahun-tahun runtuh begitu aja. Well, long story short, what reshape my view towards happiness was, dia ngajak jalan anaknya dan keponakan yang lain buat ke Ragunan, foto-foto di sana, share ke grup keluarga, and that's it. Buat gua yang 5 tahun hidup sebagai orang Jepang, hidup sendiri, it is like, "eh? lalu?" Tapi lagilagi, yappari, that is enough happiness for them, to get out from everyday life's routine and relax. Ah... mungkin, itu kali yah cara menemukan kebahagiaan.
Keluar dari rutin.
Receh sih. Tapi...
まあ、いやっ。
Haha betul mas. Seringnya sih keluarga tanteku. Abis foto, aplot grup wa keluarga. Grup wa aja ku silent haha.
BalasHapuswii ada dinda. iyak rame beut yah, tapi ramenya sama yang tuatua gitu, yg anak mudanya mah malah kalem
Hapus