通勤満員電車

Menuju stasiun Kyodo, hari Selasa pagi, seperti biasanya, tidak ada yang spesial. Hanya ada aku, tas punggungku, sepatu pantofel, kemeja abu kerah, dan ratusan orang lainnya yang akan naik kereta yang sama, jurusan yang sama.
Odakyu Line, tujuan akhir stasiun Shinjuku.
Sekeluarnya dari apartemen, aku sandarkan tas punggungku ke dalam keranjang sepeda yang berkarat dan membengkok, mengurangi beban punggung karena banyaknya dokumen dan laptop. Kukayuh sepeda rentaku, melawan arah cahaya matahari.
Bapak-bapak, mas-mas, ibu-ibu, mbak-mbak, berjalan di pinggir kiri dan kanan, sambil sesekali menyingkir bila ada taksi atau sepeda yang lewat, memberi jalan. Banyak yang berjas, tidak sedikit yang berbaju bebas. Sekali dua kali terlihat, anak sekolah bersama gerombolannya. Ceria.
Ku lewati satu dua toko, toko kelontong yang sudah buka dan pekerja yang sedang merapikan barang di etalase, mengenakan celemek hijau dan kain hijau penutup rambut. Mini market yang sudah ramai dengan orang-orang mengantri sekedar membeli onigiri atau kopi pagi, memberi semangat di kesibukan yang belum menyambut. 'Warteg' Matsuya yang pun sudah mulai melayani pelanggan dengan menu sarapan andalan, nasi salmon miso shiru.
Aku titipkan sepedaku di tempat parkir tepat di sebelah Matsuya, dengan tiket parkir langganan yang sudah aku tempelkan sejak semalam, maklum sifat pelupa belum sembuh. Meskipun masih pagi, tempat parkir sudah terlihat padat dan penuh oleh sepeda, mamachari atau sepeda sport. Imajiku sedikit berlari membayangkan orang seperti apa yang menaiki sadel sepeda-sepeda itu? Cerita apa yang akan mereka ukir hari ini?
Ku letakkan sepeda tepat di antara mamachari, karena hanya di situlah tersisa tempat yang kosong. Bagiku sendiri, parkir di antara mamachari adalah mimpi buruk, sangat susah untuk mengeluarkan sepedaku nantinya. Tapi karena tidak ada pilihan dan kereta akan segera tiba, aku memutuskan untuk ikhlas dan segera pergi menuju stasiun setelah memastikan sepeda sudah terkunci. Kusapa penjaga dan pamit pergi, mempercayakan keamanan sepedaku kepada mereka, ittekimasu!
Menuju stasiun, semakin banyak mereka yang berjas yang searah denganku, namun banyak anak-anak muda dengan pakaian casual keluar dari stasiun. Mereka adalah para mahasiswa yang kuliah di kampusku. Sepertinya jadwal kelas mereka hari ini mulai dari jam kedua, tebakku dalam pikir. Teringat masa tahunan silam ketika masih banyak kredit tersisa dan aku harus berjuang melawan tulisan-tulisan cacing dan bahasa alien yang dilontarkan dosen di kelas. Ternyata aku sudah berjalan begini jauh.
Aku keluarkan kartu Suica-ku yang ada di dalam saku casing Android-ku, tap! Pada papan pengumuman, aku lihat keberangkatan berikutnya menuju Shinjuku adalah pukul 09. 10, masih ada waktu, pikirku. Aku segera berjalan cepat menuju eskalator, mengambil lajur kanan dan berjalan mengikuti irama naiknya eskalator.
Seperti biasa, kereta pagi Odakyu Line selalu penuh sesak, namun mesti aku syukuru karena tidak seperti sesaknya kereta Bogor-Jakarta di pagi hari, aku melangkah masuk ke kereta, mencoba mencari celah di antara himpitan penumpang lainnya. Di tengah sesak, aku bersyukur ini adalah musim gugur, tidak akan ada bau keringat yang menyeruak dari kerumunan orang, harapku.
Kereta pun melaju ke arah Shinjuku, dari Kyodo.
Komentar
Posting Komentar