Journey Beyond the Lands #11: Penghujung

Image result for 26




2018, adalah perjalanan  1 tahun yang luar biasa. Banyak petualangan dan pengalaman baru yang didapat setahun ke belakang, dan hands down, merupakan tahun terbaik selama masa hidup. Mulai dari perjalanan akademik, organisasi, karir, sampai percintaan (cikiciw), I can say that all of it finally adds up and every puzzle placed at where the pieces should belong to
Akademik
2018 adalah tahun terakhir gua menjadi pelajar, menjadi mahasiswa. Setelah menyandang status pelajar dari tahun 1999, akhirnya tahun 2019 menjadi penutup (yang in syaa Allah manis). Di tahun 2018 lah gua berhasil turun lapang yang sebenarnya turun lapang, dibanding ketika turun lapang pas S1 kemarin. 

Dari bulan Februari-Maret, perjalanan ke ujung Sumatra dimulai dari nemenin perjalanan penelitian permaisuri ke tanah Gayo selama seminggu, lalu lanjut ke tanah Pariaman seminggu berikutnya. Alhamdulillah, bisa membuat "net" yang gua miliki "bekerja" sebagaimana mestinya. Dapet banyak banget kemudahan untuk menelusuri perjalanan teh di PTPN 4, masuk keluar ke pabrik dan mendapat pengawalan dan penjelasan yang mantaps, begitupun data-data yang dibutuhkan untuk penelitian (meskipun sayangnya, data Sumut gabisa dipake untuk thesis ini).

Terima kasih bang Rizki dan bang Jikra!

Perjalanan di Sumut sendiri adalah kunjungan ke Sumatra ke-2 setelah tahunan silam main ke Lampung. Sungguh, perjalanan lintas pulau itu semacam pengingat betapa luasnya dan majemuknya Indonesia, dan di tengah kemajemukan itu, ada 1 garis pelekat antara kita semua, yaitu bahasa Indonesia. Mau kita berjalan ke pelosok Aceh dan Pariaman, apalagi di kota besar Medan, bahasa Indonesia selalu bisa diandalkan. Tinggal bagaimana kita "memainkan" bahasa Indonesia itu sesuai dengan "rasa" di daerah yang kita kunjungi. Gua termasuk tipe yang mudah terpengaruh/belajar tentang logat. Kurang lebih 2 minggu di Sumut, gua udah bisa berlogat Sumatra. Pernah suatu kali, begitu intens berinteraksi dengan orang Makassar, gua pun bisa melafalkan logat Makassar. Dulu yah.

Lalu ekspedisi selanjutnya yang mengantarkan gua ke perkebunan teh di Jawa Barat, bertemu dengan bapak-bapak yang super baik hati di PTPN 8, somehow diberi kemudahan yang luar biasa dalam pengumpulan data meskipun ga pake kata sakti. Alhamdulillah.

Perjalanan yang gua lanjutkan lagi di bulan September-Oktober, kemudian mengantarkan ke beberapa kesimpulan yang saat ini sedang gua intisarikan. Meskipun masih kurang PD karena baru 2 tahun kurang berkecimpung dalam penelitian ini, tapi lebih kurang pertemuan-pertemuan dan perjalan-perjalanan yang udah gua tempuh, bisa memberikan pegangan yang cukup buat mendapat garis merah dari permasalahan teh di Indonesia.

Dan dari ekspedisi di Jawa Barat inilah, gua menemukan banyak hal-hal baru tentang teh di Indonesia yang ndak akan ditemukan di iklan-iklan teh yang menawan di televisi, atau tumpukan-tumpukan kemasan teh celup yang begitu mudahnya kita temui di supermarket. Ada kisah di balik itu, ada perjuangan berratus orang yang berperan dalam mengantarkan teh yang biasa kita minum itu. Semoga apa yang gua kerjakan, bisa menjadi bahan evaluasi dan perbaikan ke depannya bagi industri teh di Indonesia. Aamiin.

 Panen Teh pakek mesin

Panen teh pakek gunting

Organisasi
Sesungguhnya 2018 menjadi tahun terberat untuk kehidupan organisasi wkwk. Menjadi Sekjen PPIJ awalnya gua kira ndak terlalu berat dan bisa lebih santai dibawanya, tapi ternyata kombinasi ketua yang (lumayan) ambisius dengan Pembina yang nangningnung menjadikan amanah itu menjadi lebih "menantang". Berkali-kali perselisihan terjadi dan harus berada di tengah dan bersama yang lain berusaha mencari jalan keluarnya. Tapi untungnya, didukung oleh tim yang solid dan saling back up, menjadikan perjalanan 1 tahun bisa terlewati dengan baik, meskipun harus babak belur di sana sini.

Dan yang paling penting, mengingatkan kembali bahwa "DITERIMA" itu adalah momen paling emosional, terlebih kalau kita telah babak belur berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk semuanya. SUIIIT!!

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN DITERIMA!! 
DINYATAKAN DEMISIONER!!!!!!! WUAAAAHHHHHHHH

Karir
Alhamdulillah, akhirnya bisa bener-bener merasakan yang namanya Shuukatsu, atau job hunting di Jepang. Sebelumya di tahun ke-3 S1 itu sempet ikut beberapa kali job fair, tapi karena memang ga niat untuk langsung kerja, cuma ikut sekilas aja tanpa mendalami (plus masih kurang PD dengan kemampuan bahasa Jepang). 

Lalu di tahun ke-2 Master ini, alhamdulillah berkesempatan terpilih di program Nikkei Asian Recruiting Forum, sebuah platform recruiting yang beda banget dengan Job Fair biasanya. Di situlah bener-bener bisa latihan yang namanya interview, nyusun CV, nyusun kalimat dengan baik dan persuasif. Although I also feel sorry karena rasanya gua ikut itu kayak setengah-setengah yak, dateng hari pertama telat sampe ditelponin wkwk.  Dan di situ juga pertama kali ngerasain patah hati ditolak oleh perusahaan. Di saat udah ngerasa deket dengan mereka karena sampai ke tahap akhir, tapi, yah, seperti kata kepala HR-nya, bahwa job hunting adalah soal "jodoh"; betapapun kita berusaha dan meyakinkan, tapi kalau emang ga "jodoh", ya ga akan ketemu.

Meskipun sempet down karena setelahnya ditolak lagi oleh perusahaan, tapi akhirnya setelah pulkam, bisa dapet semangat lagi, yang akhirnya mencapai kulminasi dengan diterima di perusahaannya sponsor beasiswa. Memang bener, yang namanya "job" itu soal "jodoh". Like literally 2x "diselamatkan" oleh mereka, pertama ketika udah desperate ga dapet beasiswa, dan sekarang ketika berkali-kali ga dapet kerja. I really owe them a fortune.

Percintaan
Last but not least, alhamdulillah di awal 2018 ini, bisa memberanikan langkah untuk maju dan berkomitmen lebih. Pertunangan dengan Deanty, sebagai awal dari kehidupan bersama nanti, berlangsung lancar. Meskipun terpisah di 3 zona waktu yang berbeda, tapi semua persiapan bisa berjalan lancar tanpa kendala yang berarti. Gesekan-gesekan pastinya ada, tapi itu kami anggap menjadi bumbu dalam kisah perjalanan kami. Mungkin yang netijen liat dari luar hanyalah yang bagus-bagusnya dan indah-indahnya, tapi ketahuilah, di baliknya kami sembunyikan air mata, peluh, keluh kesah, dan hari-hari yang diwarnai kekhawatiran. 
Terima kasih untuk kesediaanmu membersamai aku, Dea :) Bear with me for the rest of our life, dear <3

Tahun ini, tahun 2019 ini, in syaa Allah kami akan melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, mengikat silaturahim antar 2 keluarga. Mohon doa dari para netijen untuk kelancaran kami mempersiapkan semuanya.

TERNYATAH! KAMUH!!

Resolusi 2019?
Biasanya gua melepaskan hal apa yang ingin gua capai di tahun berikutnya, tapi tahun ini agak beda. Di tahun 2019 ini, berhubung akan menjadi milestone juga buat hidup gua, ada 2 hal yang ingin gua capai dan kuasai. Yaitu tentang ide hidup minimalis dan investasi. 

All the sudden, gua tertarik dengan ide minimalis, karena iri serta triggered ngeliat temen SMP gua yang begitu fokus dalam mengejar apa yang dia inginkan (plus, fakta bahwa I'm such a messy person and need a drive to tidy up myself). Belakangan gua keranjingan nontonin channel-nya Matt D'Avella yang ngomongin tentang minimalism, dan gua berhasil buang beberapa potong baju yang gua anggap ga kepake, dan beli beberapa baju yang sama. Tinggal Dea aja yang triggered karena pilihan kado buat gua pun jadi berkurang wkwk.

Lalu tentang investasi, drive itu gua dapetin setelah ikut Jouska Talks di bulan September kemarin. Gua udah ikutin Jouska setahun ke belakang, dan memang banyak banget thread-nya yang ngena banget ke gua. Buku finance yang pertama kali gua baca adalah Rich Dad Poor Dad, dan dari situ gua selalu berpikir, apa yang gua bisa lakukan "to make money works for me". Jawaban itu baru datang belakangan, yaitu investasi. Gua mulai dengan buka rekening investasi, dan udah mulai invest dari beberapa bulan lalu. Belakangan gua mulai belajar banyak lagi soal investasi, dan berjanji untuk mulai nabung saham setiap bulan. Wismilak!

Epilog
Melihat postingan medsos dari teman-teman, membuat saya semangat juga. 2018 menjadi tahun yang baik bagi sebagian besar teman-teman. Ada yang menikah, ada yang dikaruniai anak, ada juga yang dapat beasiswa, ada yang memulai hidup baru, dan lain sebagainya. Begitupun gua, tahun 2018 menjadi tahun yang sangat luar biasa dan banyak hal baru yang gua dapatkan dan alami. Alhamdulillah..

Despite di akhir 2018, begitu banyak kesedihan melanda Indonesia karena bencana yang beruntun, gua berharap 2019 ini kebaikan akan membanjiri Indonesia, dan kebahagiaan untuk mereka yang mau berusaha untuk meraih kebahagiaannya. 

Thank you for accompanying me to this point. Here is for the great year ahead!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yayasan Al-Kahfi: Sebuah Testimoni

Journey Beyond the Lands #6: Opname (part 1)